
Fakta Pemburuan Batu Rak Sejak Sebulan Terakhir, Berada di Area TPU Hingga Dihargai Tinggi
Ratusan warga Desa Kimak, Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung memburu batu rak sejak sebulan terakhir. Batu rak adalah sebutan warga lokal untuk batu yang dinilai mengandung mineral timah. Sekitar 500 kepala keluarga berburu batu ini di lahan perkuburan atau Tempat Pemakaman Umum (TPU)DesaKimak.
Mereka mencari batu ini menggunakan peralatan sederhana: cangkul, linggis, dan berbagai peralatan lainnya. Dalam 3 hari terakhir, sekitar lima ton batu rak berhasil dikumpulkan warga. Sebenarnya apa itu batu rak?
Berikut 6 fakta yang dirangkum bangkapos.com: KepalaDesaKimakMustopa menuturkan, sekitar 500 Kepala Keluarga (KK) warga desanya telah mencari batu rak sejak satu bulan terakhir. Warga mencari batu rak ini di lahan seluas satu hektar.
Lahan tersebut merupakan lahan wakaf mendiang pak haji bernama almarhum H Salim bin Sa'id. Lahan itu diwakafkan untuk lahan pemakaman umum (TPU) atau perkuburan. Sebenarnya, lahan perkuburan ini belum dimanfaatkan sehingga warga mengambil batu raknya terlebih dahulu.
Kelak, kata Mustopa, lahan kembali akan diratakan untuk dimanfaatkan sebagai perkuburan "Memang lahan ini belum digunakan untuk pemakaman jadi masyarakat memanfaatkan untuk mengambil batu rak nya dulu setelah itu nanti kita ratakan kembali untuk lokasi TPU," ujarnya saat dihubungi Bangkapos.com, Kamis (04/02/2021). Mustopa menjelaskan, sebenarnya keberadaan batu ini sudah lama diketahui masyarakat.
"Namun baru sekitar satu bulan ini masyarakat beramai ramai menggali dan mencarinya secara manual menggunakan cangkul, linggis dan peralatan lainnya," kata Mustopa Diungkapkannya harga jual batu rak ini diambil pedagang pengepulnya sebesar Rp 20.000 per kg dan dijual diDesaKimakini juga. Nilai ekonomis batu rak dinilai bermanfaat membantu perekonomian warga setempat di tengah pandemi Covid 19.
Seusai bekerja menggali batu batu rak secara berkelompok, warga bisa langsung menjual hasilnya ke pedagang pengepul batu rak yang sudah menunggu di persimpangan jalan menuju TPUDesaKimak, dekat dengan lokasi penggalian batu rak. "Kami tak tahu kondisi saat ini sedang ada wabah pandemi Covid 19, ekonomi sedang susah sehingga kita sepakati bersama sama tokoh masyarakat untuk menggalinya bersama sama. Hasilnya ada bagian untuk sumbangan bagi pembangunan masjid dan yayasan," kata Mustopa.
Dari hasil yang diperoleh, warga juga menyumbangkan sebagian hasilnya untuk pembangunan masjid. "Ada sekitar 500 KK wargaDesaKimakyang bekerja mencari batu rak ini , dimana setiap kg hasil yang didapatkan sebesar Rp 500 per kg disumbangkan untuk pembangunan masjidDesaKimak," ujar Mustopa. Yan, wargaDesaKimak, juga menyebut sebagian hasil pencarian batu kimak digunakan untuk pembangunan masjid.
Dia menyebut pada hari pertama penggalian batu rak ini dihargai Rp 25.000 per kg, lalu di hari kedua turun menjadi Rp 20.000 per kg. "Dan sore ini turun lagi menjadi Rp 17.500 per kg, memang ada kesepakatan warga untuk membantu menyumbang untuk pembangunan masjid dan ke yayasan," katanya. Kades Kimak Mustopa, menyebut, selama tiga hari saja, diperkirakan sudah sekitar 5 ton lebih batu rak berhasil dikumpulkan masyarakatDesaKimak.
Jika mengambil harga rata rata per kilogramnya senilai Rp20 ribu saja, maka dalam tiga hari total rupiah yang dihasilkan warga dari aktivitas ini adalah sekitar Rp100 juta. "Dari pengalaman sebelumnya di lokasi penemuan batu rak terdahulu biasanya bisa mencapai 15 ton bahkan lebih baru rak yang berhasil dikumpulkan masyarakat," ujarnya. Mustopa menyebut, warga luar tak boleh ikut menggali mencari batu rak ini.
Satu di antara alasannya karena pandemi Covid 19. Untuk keamanan kegiatan ini saya selaku kades bertanggungjawab menjaga situasi masyarakat tetap aman dan kondusif karena tidak ada warga luar yang boleh ikut menggali batu rak di sini selain warga desa kami, mereka ini juga tidak pernah jalan jalan ke luar daerah dan saling kenal, mudah mudahan tidak ada penularan wabah Covid 19," ujar Mustopa. Menurut Yan, batu rak ini laku dijual karena mengandung logam timah.
Dia menyebut batu rak merupakan batu bekas leburan timah jaman singkek atau penjajah Belanda dulu. "Batu rak ini kalau jaman dulu orang menyebutnya buih timah bekas peleburan bijih timah, jadi kemungkinan jaman Singkek atau jaman Belanda dulu daerah ini merupakan lokasi peleburan bijih timah atau dapur peleburan bijih timah," kata Yan, wargaDesaKimakyang ditemui di lokasi, Kamis (04/02/2021) sore. Kata dia, batu rak ini dijual pedagang pengepul kepada bos pengusaha smelter timah untuk dileburkan menjadi timah balok di smelter timah.
Jika dihaluskan, massa beratnya hampir sama dengan timah. "Kami dengar batu rak ini dileburkan kembali di smelter timah untuk jadi timah balok," tukasnya. Yan menyebut, selain di perkuburan tersebut, sebelumnya diDesaKimakini sudah ada ditemukan 4 lokasi lainnya berisi kumpulan batu rak yang sama.
"Sebelum lokasi kawasan TPU ini sudah lebih dulu ditemukan empat lokasi lain batu rak yang sudah diambil dan dikumpulkan masyarakatDesaKimakini, jadi penemuan batu rak ini bukan hal yang baru bagi warga di sini," ujarnya. Diungkapkannya selama dua hari sebelumnya warga boleh mencari batu rak sendiri sendiri tetapi hari ketiga ini warga harus berkelompok atau membentuk tim terdiri dari 5 7 orang untuk mencari batu rak dan hasilnya dibagi rata untuk seluruh anggota kelompoknya. "Alhamdulillah paling sedikit satu orang bisa dapat Rp 200.000 hingga Rp 1 jutaan bahkan lebih dalam satu harinya," ungkapnya.
Penyelidik Bumi, Dinas ESDM Provinsi BangkaBelitung,Ervina Puri Utami, belum bisa berkomentar banyak terkait temuan batu masyarakatDesaKimaktersebut. Namun melalui foto dan informasi yang didapatkan dia menduga batu tersebut merupakan kalsedon, varian dari jenis batu kuarsa berwarna hitam. "Dikarenakan informasi yang belum jelas dan hanya melalui foto, dugaan sementara batu rak yang sedang di viral di Desa Kimak merupakan kalsedon yaitu varian dari jenis kuarsa yang berwarna hitam,"jelas Ervina kepadaBangkapos.com, Kamis (4/2/2021).
Ervina Puri Utami, juga menambahkan, batu tersebut juga dapat bernilai ekonomis apabila dipoles secara baik. "Jika dipoles akan bernilai ekonomis seperti batu mulia lainnya. Kemudian dalam pemberitaan memiliki kandungan timah tinggi maka kemungkinan merupakan timah primer," lanjutnya. Namun, keterangan yang Ervina sampaikam tersebut, barulah dugaan sementara.
Karena untuk memastikanya pihak ESDM Babel berencana akan langsung terjun keDesaKimak, untuk melihat wujud asli batu tersebut. "Ini baru dugaan sementara dan akan ditindaklanjuti oleh ESDM untuk melakukan pengecekan ke lapangan," tegasnya. Sumber: bangkapos